#realitadalamfiksi : Teman Terbaik

Menghela nafas dengan keras, gadis itu segera bangkit dari rebahannya di atas kasur. Tidak sampai lima langkah, ia diam, menatap pantulan dirinya di balik cermin.“Hhhh…” Lagi, ia terdengar menghela nafasnya dengan keras, nampak gusar sekali dengan berbagai pikiran yang mendadak terlintas di benaknya.

“Dasar pemalas, lihat dirimu. Rambutmu kusut, wajahmu kusam, jerawat di sana-sini. Apa yang bisa kamu banggakan?” , cacian terdengar dari entah siapa yang tak terlihat, jelmaan pikiran buruknya saja. Barangkali.

Continue reading “#realitadalamfiksi : Teman Terbaik”